Powered By Blogger

Selasa, 15 April 2014

SMART BABIES



A.     Judul Film        : “Smart Babies”
B.     Alur Cerita       :   Alur Maju
·         Bagian pertama dari film “Smart Babies” adalah para ahli mempertanyakan apakah bayi bisa dibuat pintar?apa yang bisa menyebabkan hal ini terjadi? Dan bagaimana itu bisa terjadi?serta adakah faktor-faktor pengaruhnya?
·         Barbagai penelitian sudah dilakukan dan faktanya otak bayi dapat dikembangkan
·         Otak bayi dapat berkembang lebih cepat dari padi orang dewasa karena pada otak bayi yakni synapsis juga mengalami perkembangan yang sangat cepat dan aksi dari perkembangan synapsis lah yang mempengaruhi perkembangan otak bayi
·         Tahap awal dari perkembangan otak adalah pada anak sekitar usia 0-6 tahun dimana riset yang membuktikan bahwa sel otak dan sinapsis berkembang cepat dan saling terkoneksi satu sama lain pada tahap usia ini. Perkembangan synapsis jauh lebih cepat pada tahap ini dibandingkan dengan perkembangan otak anak diatas usia 6tahun maupun orang dewasa
·         Gleen Doman salah satu dari banyak pakar ahli yang meneliti perkembangan otak padi bayi berpendapat bahwa pada tahap awal perkembangan otak bayi dengan pengasuhan yang sudah direncanakan sedemikian rupa pada sebelumnya, dapat menghasilkan balita yang
cerdas atau “Smart Babies”
·         Faktor penting menurut Gleen Doman dalam menciptakan “Smart Babies” adalah pola asuh orangtua dalam mengembangkan minat belajar sejak dini pada bayi.
·         Gleen Doman juga menjelaskan otak anak sejak usia mereka masih nol tahun atau sejak dalam kandungan sudah dapat distimulus sehingga sel otak dapat berkembang
·         Periode kritis adalah periode yang sangat baik dalam pengembangan melihat, mendengar, meraba bagi anak-anak sehingga pada tahap ini juga disarankan untuk melakukan metode-metode yang dapat merangsang perkembangan anak lebih jauh untuk menciptakan “Smart Babies”
·         Banyak kontroversi mengenai berbagai metode Gleen Doman dalam menciptakan “Smart Babies”
·         Kontroversi-kontroversi itu adalah  mempertanyakan tentang intensifikah metode ini untuk perkembangan balita?apakah periode kritis juga akan menambah IQ anak?pentingkah pendidikan awal itu?
·         Kontroversi ini muncul karena berdasarkan penelitian yang lebih lanjut baik dari pakar perkembangan anak maupun psikologi anak menemukan fakta bahwa saat anak sudah beranjak dewasa (diatas 6 tahun) synapsis dalam otak yang semula  berkembang dengan pesat dengan bertambahnya usia anak synapsis-synapsis ini akan gugur namun tetap berkembang hanya saja dalam perkembangannya ini sangat lambat.

C.     Analisis            :  “Smart Babies”
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi salah-satu anak berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Adapun berbagai metode belajar diterapkan orang tua dalam melatih potensi intelegensi anak-anak mereka. Tak lain adalah untuk meningkatkat kecerdasan anak mereka. Akan tetapi orang tua banyak yang tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam kehidupan manusia ini masih banyak faktor-faktor lain selain mengutamakan faktor kecerdasan ini pada anak-anak mereka. Tak banyak pula orangtua yang menekankan pembelajaran yang sangat ketat namun tidak di imbangi dengan waktu bermain sehingga anak dalam hal ini cenderung tidak dapat mengembangkan potensi mereka secara bebas dengan lingkungannya. Padahal jika dilihat kembali faktor yang paling dominan dalam perkembangan kognitif anak adalah lingkungannya. Terutama lingkungan bermain, karena pada lingkungan ini anak dapat langsung menerima informasi pengetahuan secara langsung(praktek di lapangan) bukan hanya sekedar teori yang disampaikan guru atau orang tua dalam metode pembelajarannya. Lalu bagaimana dengan orang tua yang melakukan metode-metode agar anak mereka cerdas?intensifkah metode ini saat anak masih balita?
Faktanya, balita umur 0-6 tahun, mereka memiliki perkembangan otak yang sangat pesat. Segala sesuatu dapat cepat dirangsang oleh otak balita, karena pada saat ini otak sedang melakukan perkembangan awal, sinapsis di dalam otak saling berhubungan satu sama lain sehingga rangsangan dari luar akan cepat terespon oleh balita atau biasanya tahap ini disebut dengan tahap kritis(golden age). Fakta inilah yang membawa orang tua melakukan metode untuk membuat balita mereka cerdas, entah dengan menunjukan gambar-gambar, angka, huruf bahkan ada juga orang tua ada yang sudah melatih balita mereka membaca. Metode ini memang berhasil membuat anak mereka jauh lebih cepat membaca ketimbang anak lain pada seusianya. Namun, dalam hal ini pertanyaan nya adalah intensifkah? Dalam dunia psikologi  perkembangan anak, proses belajar seharusnya di ikuti oleh kemampuan atau kesiapan mereka dalam mempelajari sesuatu, tidak perlu dipaksakan belajar lebih awal. Karena pada dasarnya otak anak yang berkembang pesat akan semakin lambat berkembang saat mereka memasuki tahap dewasa. Ini artinya apa yang mereka pelajari diawal saat otak mereka berkembang pesat akan sia-sia saat otak sudah tidak mampu lagi berkembang secara pesat. Namun otak dalam hal ini masih bisa dikembangkan lagi hanya saja perkembangan otak harus bertahap-demi tahap sesaui kapasitas dan kemampuan otak.
Jadi perlunya orangtua tidak harus menciptakan balita cerdas dengan metode awal belajar namun lebih harus merangsang respon anak terhadap lingkungan nya sesuai dengan tahapan usia anak. Mana yang harus diajarkan dan mana yang harus ditunda untuk diajarkan dengan melihat perkembangan kesiapan anak dalam menerima informasi atau pengetahuan.

D.     Pembahasan     :  “Smart Babies” berdasarkan teori Kognitif
v  Teori Kognitif
Kognitif berhubungn dengan intelegensi. Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih bersifat aktif yang merupakann aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa aktivitas atau prilaku.
Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi, (pembuahan) namun terwujud atau tidaknya  potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif yang dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang akan menentukan batas perkembangan tingkat intelegensi (batas maksimal).
Individu berpikir menggunakan pikirannya. Kemampuan ini yang menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidak nya suatu masalah yang dihadapi. Melalui kemampuan intelegensi anak maka kita dapat mengatakan apakah seorang anak itu pandai atau bodoh, pandai sekali (genius) atau bodoh (idiot atau dungu).
Hubungan intelegensi dengan kehidupan anak
Intelegensi memang memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang, tetapi intelegensi bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan sesorang. Banyak faktor lain yang ikut menentukan termasuk didalamnya adalah (EQ).
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang di dapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Proses ini juga tidak dpat berlangsung cepat, namun tahap demi tahap sesuai dengan kapasitas kemampuan anak dalam menerima informasi maupun pengetahuan sesuai dengan perkembangan anak.
Kembali ke pokok pembahasan tentang film “Smart Babies” dilihat berdasarkan teori kognitif yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Sel-sel syaraf berjumlah 10-12 juta telah terbentuk. Akan tetapi jumlah serabut syaraf, denrit dan sinapsis yang menghubungkan sel-sel syaraf  tersebut lebih sedikit dibandingkan orang dewasa. Selama masa kecil sel-sel penghubung ini berkembang sangat pesat.pertumbuhan system syaraf tersebut dipengaruhi oleh kegiatan(rangsangan) syaraf-syaraf yang menuju otak. Jadi banyaknya syaraf sensorik yang dialaminya sewaktu bayi menimbulkan perubahan-perubahan dalam otak dan membantu perkembangan mentalnya.
Pada penjelasan teori ini secara singkat sudah menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap bayi itu cerdas, tergantung kemampuan dan kemauannya kita dalam memberikan rangsangan sebayak mungkin. Sejauhmana dan cepat tidaknya perkembangan itu berlangsung, dalam batas tertentu ditentukan oleh jumlah dan macam rangsangan yang dialami anak (Dr. Leon Einsberg, universitas John Hopkins)
Bayi membutuhkan banyak pengalaman dalam mendengar, melihat, meraba, bergerak, juga dalam mengecap dan mencium walaupun tidak terlalu banyak. Lakukanlah berulang-ulang agar informasi yang diterima tersimpan dalam sistem memori jangka panjang anak(LMT- long term memory)
Hasil riset menunjukan bahwa sejak lahir pun sudah dapat memusatkan matanya pada bentuk-bentuk dan menunjukan kegembiraannya sewaktu melihatnya. Bayi sudah dapat diajak belajar  banyak, asal mereka tidak sedang menangis atau sedang sakit. pada usia 30 hari bayi sudah dapat melihat benda bergerak (sehingga sebelum 30 hari anda harus melatih dengan pilihan benda diam) yang berjarak kurang lebih 20 cm. pada usia 4 bulan  bayi mempunyai kemampuan akomodasi visual yang sama dengan orang dewasa. Dan sesudah umur 2 bulan bayi mulai menggerakkan tangan nya pada sebuah benda (Dr. White).
Pada usia diatas 4bulan bayi  dalam kandungan sudah dapat mendengarkan apa yang ada di luar perut ibunya. Dan pada saat itulah pendidikan sudah dapat dimulai. Beberapa tekhnik klasik dengan memperdengarkan nada lembut juga dapat merangsang perkembangan otak bayi dalam kandungan. Jenis music yang disarankan adalah music Mozzart concerto no 21 Major, K.467, Symphony in D Major.
Penjelasan tahap-tahap perkembangan anak ini sebenarnya menjelaskan bahwa anak hanya perlu dirangsang untuk merespon, orangtua maupun orang dewasa disekelilingnya memiliki peran untuk memberikan rangsangan melatih mereka menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena anak harus disiapkan sejak dini agar nantinya anak dapat berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan di lingkungannya. Dalam hal ini sama sekali tidak ada pengertian bahwa anak harus diberikan pembelajaran yang lebih awal untuk menciptakan balita cerdas. Karena seperti penjelasan pada analisa senelumnya yakni perkembangan otak hanya berkembang pesat pada usia 0-6 tahun sedangkan semakin bertambahnya usia anak juga mempengaruhi perkembangan otak yang semakin lama akan semakin lambat berkembangnya. Jadi biarkan pembelajaran di terima anak sesuai dengan usia mereka dan kesiapan mereka menerima informasi atau pembelajaran tersebut.


E.      Kesimpulan
Belajar adalah proses seumur hidup (sepanjang hayat) jadi tidak perlu dipaksakan untuk balita belajar  lebih awal di tahun pertama yang merupakan tahapan awal perkembangan otak yang sangat pesat. Namun, alangkah baiknya belajar di terapkan kepada anak sesuai dengan umur dan kemampuan anak tersebut dalam menerima pengetahuani atau materi pembelajaran. Disini peran orang-orang dewasa disekitar anak atau balita adalah memberikan rangsangan agar anak belajar merespon. Karena, melatih respon ini sangat penting untuk perkembangan anak selanjutnya saat ia sudah dirasa siap di hadapkan dengan lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar